Oleh : Muhammad Yusrizal
Air
matanya meleleh semakin deras
Tersedu-sedu
dalam kesedihan mendalam
Meninggalkan
bekas yang mengering
Seperti
anak sungai dari ketinggian
Hanya
terlihat parit membelah daratan
Seakan
dangkal untuk dicapai ke seberang
Mencoba
mengarungi menjejakkan kaki
Namun
sejurus kaki menginjak air
Tenggelam
ke ubun-ubun tanpa tersisa
Ibarat
rintik-rintik hujan yang awalnya renyai
Seketika
menjadi lebat mengguyur tanah dan rumput
Jatuh
dari parit-parit atap yang bergelombang
Meninggalkan
bekas lubang yang berjejer rapi
Penuh
terisi yang akhirnya meresap dalam pori-pori tanah
Ibarat
gunung yang melelehkan lahar panas
Berasap
seperti air hangat yang baru saja mendidih
Meleleh
muntah menyusuri kaki gunung
Membakar
setiap yang dilewati tanpa kira
Akar-akar
tunjang yang begitu kokoh terlihat
Seketika
tercabut dari pertapaan mengikat tanah
Lenyap
diseret arus untuk berpindah
Seketika
air matanya berhenti meleleh
Seketika
rintik hujan berhenti mengguyur
Seketika
lahar panas berhenti menyeret
Bekas
tetesan yang mengering cukup menjadi bukti
Kedua
kantong di selaput matanya telah kosong
Bekas
guyuran hujan yang membuat genangan
Menjadi
bukti bahwa ia telah reda
Bekas
lahar panas yang membeku telah menjadi saksi
Menjadi
dingin dan baja yang menyuburkan bagi tumbuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar