Oleh : Muhammad Yusrizal
Maju
tiada pernah surut
Memandang
belakang menjadi pantang
Dari
bekas yang sudah terlewat
Tinggalkan
jejak tangis dan tawa seiring
Jauh
dan semakin menjauh melekat
Lalu
pergi begitu saja tanpa berita
Maju
tiada pernah surut
Ranting,
kaca-kaca pecah, jarum-jarum tajam
Menghunus
tertancap di tanah, pohon dan seluruh
jagat
Jurang
terjal, lautan dalam gelombang menjulang
Tsunami
dan pusaran puting beliung
Meluluh
lantakkan semangat kehidupan
Lalu
pergi begitu saja demi meninggalkan penggal cerita
Maju
tiada pernah surut
Menantang
untuk melawan
Melukis
seakan ilusi
Mengendalikan
debaran-debaran yang slalu mencabar
Terkongkong
sang jiwa-jiwa lara
Berharap
berubah dan mengubah memutar
Berhaluan
ke arah kiri 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
Maju
tiada pernah surut
Tiada
pernah merasa kesal dan menyesal
Melewatkan
yang sudah terlewat
Tanpa
penat, tanpa tidur dan tanpa makan
Terus
melukis tiap detak-detak
Tik..tik...tikk
Pertunjukan pahit manis, pedas hambar
Dari
yang slalu terabaikan
Lupa,
lalai menjadi lawan yang dibenci mati-matian
Tanpa
maaf, tiada kawan, anak atau tua renta
Lewat
oleh erupsi waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar