Oleh : Muhammad Yusrizal
Jalanan
semakin terjal di hadapanku
Kerikil-kerikil
runcing senantisa menghujam telapak kaiku yang tiada beralas
Langkah
gontai dan loyo ditengah terik matahari
Bercucuran
keringat yang mulai membanjiri bajuku yang lusuh
Mulutku
menganga menghirup dan melepaskan udara panas disekelilingku
Lidahku
mulai menjulur mencari setitik air yang berharap menetes dari langit
Aku
sangat dahaga
Matahari
begitu bersemangat menantangku berkelahi
Ia
mendekat dan terus mendekat setiap kali ku melangkah
Mengikuti
kemana saja arahku berpaling mencari tempat berteduh
Manakala
angin begitu kikir memberikan
hembusannya
Bersembunyi
dan tidur seketika melihat tubuh lunglaiku berjalan
Batinku
mulai berontak dan berteriak
Aku
lelah, aku butuh hembusan sepoi-sepoi yang menyegarkan
Diamana
kau bersembunyi wahai angin?
Berilah
sedikit belas kasihan pada tubuhku yang banjir
Dimana
rasa ibamu melihat wajah hitamku yang mulai mengkilap
Matahari
begitu semangat menantangku
Tertawa
memandang langkah lunglai sepasang kakiku
Ingin
ku bersandar pada batu besar yang ada disampingku
Tapi
aku sadar punggungku akan berasap dan matang
Aku
dahaga dari tenggorokanku yang kering
Batinku
mulai berontak dan berteriak meminta tetes-tetes hujan
Tidak
ada pohon untuk bersandar dan berteduh
Tidak
ada perigi ataupun sungai untukku membasahi wajah serta rambutku
Yang
ada hanya bebatuan dan kerikil-kerikil tajam yang jadi sahabat kakiku
Kesadaranku
perlahan mulai berlari meninggalkanku
Aku
terhenyak seperti pemabuk berat yang telah meminum sepuluh botol anggur
Wajahku
terhempas, bibir dan hidungku akhirnya merasakan juga ciuman yang keras dan
tajam dari kerikil itu
Seketika
semangatku kembali memujuk kesadaranku yang mencoba lari
Perjalananku
tinggal sepertiga lagi
Aku
bangkit dan berdiri membetulkan langkahku
Darah
kering melekat di kedua telapak kakiku yang mencoba bangkit
Aku
paksakan berdiri menahan bobut tubuhku yang semakin ringan
Aku
telah sampai disini dari jalanku yang berliku
Tiada
alasan untukku mundur walau setengah langkah sekalipun
Pohon-pohon
rindang dan sumber mata air yang sangat jernih itu ada didepan
Aku
telah berjalan sejauh perjalanan ini
Rintangan
ini tidak akan pernah menyurutkanku
Sampai
ajal memisahkan nyawa dengan jasadku
Aku
pantang mundur walaupun setengah langkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar