Oleh : Muhammad Yusrizal
Imperium perpolitikan Indonesia
sekarang ini dipenuhi oleh muka-muka yang sungguh tidak asing bagi setiap
masyarakat yang memiliki televisi dirumahnya, namun bukan berarti mereka yang
tidak mempunyai televisi dirumahnya lepas dari wajah-wajah yang sungguh
familiar tersebut, dikoran maupun majalah selalu menonjolkan wajah-wajah ayu
dan ganteng mereka. Stasiun televisi swasta di Indonesia yang selalu melahirkan
wajah-wajah baru untuk dikenalkan ke masyarakat lewat tayangan sinetron yang
menjadi trend utama pada saat sekarang ini sampailah kepada berbagai iklan
produk yang dikomersilkan kepada masyarakat membuat popularitas mereka makin
tinggi sehingga ini menjadi nilai tambahan bagi mereka untuk menarik suara
masyarakat yang mayoritas telah mengidolakan mereka untuk membawa mereka dalam
imperium perpolitikan Indonesia. Politik adalah pendapatan sampingan yang dapat
mengantarkan mereka pada level kejayaan yang lebih tinggi, politik adalah
sebuah alat yang dapat menaikkan lagi popularitas diri yang mulai redup dan
politik di jadikan tempat reuni antar golongan atas dan golongan elit
Kenderaan politik ditanah air ini seolah bangga
dengan
kader-kader mereka dari kalangan artis tersebut, demi mencapai kepentingan
politik dan menaikkan popularitas partai politik, parpol bahka mengusung mereka
menjadi pemimpin kepala daerah ataupun wakil kepala daerah, parpol tidak hanya
memberikan kesempatan menjadi kendraan saat mencapai kursi wakil rakyat dan
mungkin suatu saat kita melihat kalau salah satu dari mereka menjadi pemimpin
Indonesia ini sehingga mereka sangat senang jika para politikus artis tersebut
bergabung dengan kenderaan politik mereka yang dalam hal ini dapat menarik
simpati masyarakat yang telah mengidolakan artisnya tersebut sehingga sampai
dalam memberikan suara pada saat pemilihan dengan tanpa ragu dan pikir panjang
masyarakat dengan senang hati menjatuhkan pilihan kepada mereka yang
mengantarkan para artis dalam imperium perpolitikan Indonesia. Masyarakat kita
ditipu oleh muslihat dan janji-janji palsu penghias kata-kata dan kalimat manis
yang keluar dari mulut mereka atau masyarakat kita yang terlalu bodoh untuk
menentuka siapa yang layak dipilih dan mewakili suara kita? Mau dibawa kemana
negara Indonesia ini dan mau dijadikan seperti apa masyarakat miskin di
Indonesia ini?
Imperium perpolitikan kita hancur, oleh
politikus-politikus busuk yang menghiasi perpolitikan di negara ini baik itu
politikus dari kalangan masyarakat umum yang telah pakar dalam studi politik,
mengerti politik dari akar sampai ke daun-daunnya karena pembelajaran sampai S3
di luar negeri serta dari kalangan yang tidak mengerti politik dan yang awam
mengenai dunia politik, yang pentik maju meramaikan perpolitikan di Indonesia
ini. Kasus korupsi, kasus suap yang melibatkan banyak pihak menjadikan negara
Indonesia ini diambang keterpurukan, negara lain yang di kenali dunia
internasional lewat prestasi yang diukir berbeda jauh denga Indonesia yang
populer di dunia internasional lewat banyak hal negatif yang melanda di seluruh
pelosok negeri, potret kemiskinan dan kesengsaraan, potret tenaga kerja wanita
di berbagai negara, potret kekerasan dan teror yang membawa-bawa nama Islam
sampai kepada potret yang sangat familiar dan menjamur yakni kasus korupsi yang
menjadikan negara kita selalu di pandang negatif oleh banyak pihak. Indonesia
tidak bisa bangkit seperti zaman Soekarno yang sangat disegani dunia
internasional bahkan Amerika Serikat, Indonesia tidak menjadi negara kuat di
asia tenggara seperti era Soeharto yang membuat negara-negara asia tenggara
tidak berani memandang negara ini dengan sebelah mata, terlepas dari
penyelewengan politik yang di buatnya. Indonesia sekarang butuh pemimpin tegas,
karismatik dan berani bertindak seperti era Soekarno serta pemimpin kuat yang
di segani dan ditakuti seperti era Soeharto. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang
seakan tidak pernah habis bahkan menjadi besar dan berkembang biak dengan
diberi pupuk yang menjajikan, apakah kekayaan mereka masih belum cukup untuk
dihabiskan dua atau tiga generasi berikutnya, apakah mereka berniat untuk
mewujudkan mimpi yang mengatakan kekayaan yang tidak akan pernah habis sampai
tujuh keturunan berikutnya,? Apakah kekuasaan mereka belum cukup kuat dan
besar? Atau apakah popularitas mereka yang belum cukup dikenali sampai pelosok
hutan dan daerah tertinggal? dan yang paling diragukan sekali, apakah niat
mereka untuk terjun ke imperium perpolitikan itu?
Kekayaan yang kaya bertambah kaya dan yang miskin
bertambah miskin, masyarakat Indonesia yang dirugikan, mereka yang seharusnya
menjadi wakil masyarakat yakni wakil dalam menyampaikan aspirasi, wakil dalam
menyampaikan keluh kesah, susah sedih dan wakil yang seharusnya mengerti apa
maunya masyarakat, apa kesengsaraan masyarakat, apakah mereka tahu? Jawabannya
tentu TIDAK, mereka tidak pernah bersusah payah membanting tulang peras
keringat mencari nafkah, yang mereka tahu hanyalah duduk di kursi empuk dan
ruangan ber AC sambil mendengarkan ocehan-ocehan seakan berada diwarung kopi
sambil menikmati makanan kotak yang pada akhirnya masyarakat tidak terwakili
sedikitpun, masyarakat tetap hidup susah dengan pendapatan Rp 5000 perhari
bahkan tidak sama sekali sedangkan mereka puluhan juta bahkan masih kurang dan
menerima pemberian perusahan swasta yang memiliki kepentingan ekonomi terhadap
mereka sampai milyaran rupiah. Hal ini terjadi kepada sebagian besar politikus
di Indonesia dari semua kalangan, politik di Indonesia benar benar kejam akibat
ulah politikusnya, baik teman dan musuh sama saja yang penting adalah
kepentingan kelompok dan kepentingan individu, mereka berlomba lomba
mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk jaminan hari tua, mereka tidak
memikirkan masyarakat yang semakin sengsara, mobil mewah, rumah bertingkat
layaknya istana seolah masih membuat mereka merasa miskin yang jadi
pertanyaanya kapan mereka merasa kaya, kaya akan harta, kaya akan hati dan kaya
akan ketenangan dan jawabnya sungguh mudah ditebak, mereka baru merasakan itu
semua jika seluruh yang ada dalam negara ini menjadi aset kepemilikan mereka,
kekayaan mereka untuk generasi keluarga mereka yang meneruskan prinsip
terdahulunya sedangkan mereka pergi dengan 3 lapis atau 7 lapis kain putih di
badan serta bagi yang lainnya dengan satu setelan jas lengkap dengan dasi
kupu-kupunya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar