Oleh : Muhammad Yusrizal
Ketika
para pencaci dan pemaki datang dengan kata busuknya
Dia
diam dan bersabar
Ketika
para penghujat dan pembenci menembakkan kalimat kasarnya
Dia
tetap diam dan bersabar
Ketika
pemarah dengan muka memerah melampiaskan emosinya
Dia
masih saja diam dan bersabar
Ketika
para pencemooh ulung tertawa menyindirnya
Dia
terus saja berdiam dan bersabar
Ketika
mereka menyebutnya bodoh karena tiada melawan
Dia
hanya tersenyum menyambut setiap ucapan sinis itu
Telinganya
seolah tuli dan mulutnya seolah bisu
Dia
slalu diam tanpa niat membalas walau
sekalipun dia bisa melakukannya
Ketika
pencaci, penghujat dan pemarah itu berniat dengki kepadanya
Mendorongnya
ditepi jurang yang dapat membuat semua orang terlepas nyawa
Mereka
malah meleset dari jebakannya yang malah berbalik ke tuannya
Dengan
senyuman ia malah mengulurkan tangannya,
Membantu
dengan segala upayanya tanpa melihat siapa mereka
Semua
tatapan mata menganggapnya rendah
Sekelilingnya
menganggapnya penakut dan lemah
Dunia
menyebut hatinya terlalu lembut
Bahkan
lebih lembut dari bubur yang mudah dihancurkan
Dia
masih terus dan terus saja bersabar
Air
matanya jatuh kedalam melihat kedengkian mereka
Batinnya
menangis, memohon kepada yang kuasa untuk mereka
Dia
slalu berdoa dan berdoa agar mereka sadar dan membuka mata
Dia
bukannya pengecut ataupun pecundang yang hanya mampu berdiam
Dia
juga tidak pernah merugikan orang yang ada disekelilingnya
Sebenarnya
dialah sang pemenang dari semua orang yang memandangnya
Karena
dia, mereka akhirnya sadar dan terbuka pintu hatinya
Karena
kesabarannya, mereka menangis haru tanpa bisa berkata
Kebaikan
dan kesabarannya tiada batas demi mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar