Oleh : Muhammad Yusrizal
Keriput kulitnya
Jelas terpancar dari balutan
baju lusuh itu
Kain pinggang menjadi teman
harian
Berjalan menyusuri gang aspal
Seorang diri mengikis semak rerumputan
Yang menutup parit kecil
pinggir jalan gang
Agar air terus mengaliri jika
tiba musim hujan
Senyumnya membuat tawa mereka yang
menengok
Semua gigi telah lari
meninggalkan gusinya
Yang palsu pernah mengabdi mengganti
asli
Suatu waktu telah rusak dan
patah
Lalu kembali ompong
Hanya gusi merahnya yang kekal
mendampingi
Ketika ia tertawa kembang
kempis menghiasi pipi
Tangan dan kakinya masih saja
rajin
Mengeluarkan peluh dari tubuh
kurus itu
Sekalipun bola mata telah usang
melihat jelas
Namun semangat berkebun masih
terurus
Berkaki ayam ditanah sejuk
memegang parang
Mengikis rumput dan ilalang
dibawah batang pisang
Tiada merasa lelah selagi fisik
sanggup berjuang
Kasih dan sayang masih tercurah
sempurna
Buat anak dan cucunya nun jauh
berpencar
Wajah kesedihan berkunang dalam
mata yang kabur
Seketika pandangannya kosong menanti
rindu menggebu
Berharap anak cucunya pulang
membawa seikat senyum
Tetesan airmata kerinduan seketika
mengalir deras
Mengingat saat anak cucunya
kumpul bersama
Makan ketupat dan lemang dipagi
raya
(Pekanbaru,
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar