Oleh : Muhammad Yusrizal
Awan hitam nak turun hujan
Tertahan di bendungan
Gemuruh bermain perlahan
Batuk ditengah sore seakan
malam
Gelap dan suram
Hujan belum juga turun
Langit menangis memikul beban
Namun awan tetap menahan
santing
Tanah kering kerontang berasap
Menunggu tetes demi tetes
mengalir
Mengguyur pori-pori
Yang rumput tidak lagi mengakar
Hari itu makin suram dalam
kelam
Semua karena awan menahan hujan
Jalan-jalan aspal ikut menguap
Dahaga menunggu siraman sejuk
Namun awan msih menahan santing
Umpatan ke awan menjadi-jadi
Langit biru mendapat imbas
hitam
Terselubung awan bergerak
perlahan
Hei awan! Lekaslah menangis
Tumpahkan kesedihanmu buat
mereka
Mereka memohon air matamu
Untuk apa kau tahan
Kalau itu membuatmu suram dari
putih bersih
Hei langit! Aku tidak menahan
tangis
Air mataku jatuh kedalam
melihat dunia
Setetes kesedihan ku tumpahkan
Berharap ku tumpahkan
menderu-deru
Setelah ku tumpahkan
berhari-hari
Mereka mengutukku karena
kesalahan mereka
Mereka tidak pernah lagi
bersyukur
Mereka hanya ingin mendapat
dengan segera
Apa yang diharap hari itu
terwujud
Itulah yang membuat mereka lupa
tentang peringatan
(pekanbaru,
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar