(Gejolak
benak, batin dan hati)
Oleh : Muhammad Yusrizal
Saat mereka lepas
Aku masih saja terikat erat
Mencoba lari namun kaki telah
kaku membeku
Saat mereka melayang bebas
Aku masih terjepit di karang
Melempar sirip yang tergores
penuh luka
Saat mereka terjaga dari tidur
yang melelahkan
Aku malah larut dalam buaian
mimpi yang tak pasti
Melawan perih mengangkat
kelopak mata
Namun aku kembali terjatuh
Mengemis dalam ilusi yang tak
pernah mati
Aku ingin seperti mereka
Tertawa lepas penuh ceria
Dalam lingkaran-lingkaran kecil
penuh canda
Aku ingin seperti mereka
Bercerita menggapai langit
Mengambil bintang hati yang
berkilau
Aku ingin seperti mereka
Berjuta semangat menggebu
Dalam cita-cita tak pernah layu
Aku ingin seperti mereka
Dilihat ada berdiri dikanan
pojok
Memegang selembar kertas
Membaca yang tertulis serabutan
Aku bosan, tolong jangan
abaikan aku
Aku bertanya dalam diri palsu
ini
Kau seorang yang bodoh?
Batinku menjawab tidak!
Tidak! bagi orang-orang seperti
kau
Yang sungguh-sungguh bodoh
Malas membudak otak
Kau seorang yang pemalas?
Benakku menjawab ya!
Ya! bagi mereka yang punya
mimpi tanpa ilusi
Dalam angan-angan tersangkut
dahan
Aku tertawa dalam teriak
Kau pikir aku bermain dalam
otak udang?
Aku juga punya mimpi
Aku juga juga punya cita-cita
Namun semua itu berbeda dengan
mereka
Mereka berlari tunggang
langgang mengejar bendera
Yang hanya 10 direbut sejuta
Aku memilih berjalan santai
walau diurutan buncit
Memanjat tiang tanpa bendera
Tapi aku sampai kepuncak awan
Menatap semua lapangan bola dan
atap rumah
Dengan keringat meleleh seember
Pada saat mentari tegak
menantang ubun-ubun
Seketika berubah karena ego
yang telah jatuh telungkup
Aku terdiam antara
rintik-rintik berlinang di bola mata
Seberkas bayang senyum menusuk
jarum
Sadarlah, Aku telah banyak
bicara dalam bisu
Aku melupakan separuh nyawaku
yang tersimpan
Aku melalaikan setengah
harapanku yang terpendam
Mimpiku berdiri karena dia dan
dia terus ada
Yang selalu hidup seiring
denyut nadi dalam darah
Bibir yang tidak pernah lepas
memohon dan memohon
Agar tulang punggungnya bisa
menjadi panglima
Demi para pajurit polosnya
(pekanbaru,
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar