Mata
mereka terang
Sepantas
mampu melihat jelas
Terang
memandang yang megah
Bersinar
menatap kaya
Membelalak
melihat kuasa
Namun,
nyata penglihatannya buta
Redup
memandang tangis sengsara
Kelam
memandang duka derita
Suram
memandang jerit mengiba
Gelap
gulita memandang rangka bernyawa
Telinga
mereka jernih
Sepantas
mampu mendengar keras
Bergemuruh
mendengar tebal rupiah
Membahana
mendengar suatu tanpa biaya
Jalan-jalan
suka -suka
Namun,
nyata pendengarannya tuli
Tuli
mendengar pinta uluran tangan
Pekak
mendegar isak ratapan
Budeg
mendengar walau satu keluhan beralasan
Diantara
beberapa keluh kesah pembuat resah
Lihatlah wahai tangan-tangan pembuat perubahan
Mata
kami memandang dalam berlinang
Tiada
mampu melihat terang
Terhimpit
keperitan
Dengarlah
wahai bibir-bibir pembuat keputusan
Telinga
kami mendengar dalam bising berkoar
Sayup-sayup
bait janji-janji manis terdengar
Kian
lama terbenam ke dasar
Pandanglah,,,
berbuatlah,, bersuaralah,,
Kami
tiada meminta kaya berlimpah harta
Kami
tiada menuntut besar kuasa disegani manusia
Kami
hanya mencoba bertahan walau perlahan
Menjalani
hari demi hari dengan pantas
Keluar
dari keperitan nan menjalar
Lari
dari derita nan mengejar
(pekanbaru
2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar