"Sobat MuhyuJasri yang baik hati,,, TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI...TULISKAN KOMENTAR SOBAT sebagai bukti telah berkunjung ke blog ini, mohon maaf atas segala kekurangan, mudah-mudahan bermanfaat dan dapat sobat2ku mengambil hikmah didalamnya......"... ^_^

Kamis, 14 Maret 2013

Gayung Bersambut


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Hikayat pecinta yang bersemangat
Memiliki hati ikhlas menjunjung
Tinggi menempatkan jujur
Lebar menanam setia
Sepenuh hati memberi percaya
Pada satu yang dipuja sebagai mahkota

Menyimpan rasa dalam diam
Serasa telepati telah bersuara
Menyampaikan perkhabaran cinta
Penuh senyuman semangat menggelora
Demi hati yang berbunga-bunga
Pada suatu yang dipuja sebagai mahkota

Panah asmara bersiap dibusur
Siap tempur untuk meluncur
Menerbangkan sejuta lembayung cinta
Mekar disemai belaian sang penyair 

Awan Berkisah


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Awan hitam nak turun hujan
Tertahan di bendungan
Gemuruh bermain perlahan
Batuk ditengah sore seakan malam
Gelap dan suram

Hujan belum juga turun
Langit menangis memikul beban
Namun awan tetap menahan santing
Tanah kering kerontang berasap
Menunggu tetes demi tetes mengalir
Mengguyur pori-pori
Yang rumput tidak lagi mengakar

Hari itu makin suram dalam kelam
Semua karena awan menahan hujan
Jalan-jalan aspal ikut menguap 

Aku Juga Bisa


(Gejolak benak, batin dan hati)

Oleh  : Muhammad Yusrizal

Saat mereka lepas
Aku masih saja terikat erat
Mencoba lari namun kaki telah kaku membeku
Saat mereka melayang bebas
Aku masih terjepit di karang
Melempar sirip yang tergores penuh luka
Saat mereka terjaga dari tidur yang melelahkan
Aku malah larut dalam buaian mimpi yang tak pasti
Melawan perih mengangkat kelopak mata
Namun aku kembali terjatuh
Mengemis dalam ilusi yang tak pernah mati

Aku ingin seperti mereka
Tertawa lepas penuh ceria
Dalam lingkaran-lingkaran kecil penuh canda
Aku ingin seperti mereka
Bercerita menggapai langit 

Olok-Olok Si Pencilok


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Olok-olok si pencilok
Menoleh tapi tidak menengok
Dengan gaya penuh sok
Berkoar dalam berembuk
Duduk di singgasana empuk
Nyantai dengan modis sepatu kulit mengkilap

Olok-olok si pencilok
Rakyat sengsara negara anjlok
Anggaran di gunting setelah di patok
Berjamaah berbagi dosa
Dalam senyum tiada merasa bersalah
Yang melarat masih rakyat
Yang banjir harta tentu mereka

Olok-olok si pencilok
Terkenal dimuka berita
Sama-sama berbagi jatah
Sogok hukum bayar denda 

Tamparan Mental


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Bangun....
Kenapa kau masih saja tidur
Hiruk pikuk kebisingan luar
Kau malah enak-enak lelap
Mencoba memekak telinga

Apakah gendang telingamu telah berserak?
Atau isi benakmu telah luntur dikikis mimpi buruk?

Hari telah terang memotret dunia
Matahari baru saja tegak memancang  di ubun-ubun
Kau malah enak-enak bergelung selimut
Seolah kau buta melihat cahaya

Saatnya kau melepas jahitan mata
Kibaskan selimutmu
Saatnya kau berdiri
Lenturkan leher dan pinggangmu segera 

Rintih Punai Berkicau


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Punai melamun betina
Sendiri ditengah hamparan padang
Menatap jauh mencari biji padi
Sayup-sayup berkicau
Memanggil betina entah dimana

Suara alam merontokkan bulunya
Kau sedang sendiri dan disini sendiri
Suara alam mematahkan paruhnya
Kau percuma meminta yang tiada
Akulah karibmu

Kerut mata mulai berlinang
Ranting lapuk menggores sayapnya
Terbang lunglai tiada daya
Namun terus berlari
Ditengah hamparan padang 

Untuk Seorang Nenek


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Keriput kulitnya
Jelas terpancar dari balutan baju lusuh itu
Kain pinggang menjadi teman harian
Berjalan menyusuri gang aspal
Seorang diri mengikis semak rerumputan
Yang menutup parit kecil pinggir jalan gang
Agar air terus mengaliri jika tiba musim hujan

Senyumnya membuat tawa mereka yang menengok
Semua gigi telah lari meninggalkan gusinya
Yang palsu pernah mengabdi mengganti asli
Suatu waktu telah rusak dan patah
Lalu kembali ompong
Hanya gusi merahnya yang kekal mendampingi
Ketika ia tertawa kembang kempis menghiasi pipi

Tangan dan kakinya masih saja rajin
Mengeluarkan peluh dari tubuh kurus itu
Sekalipun bola mata telah usang melihat jelas
Namun semangat berkebun masih terurus 

Murai Berceloteh


Oleh: Muhammad Yusrizal

Dibawah ranting-ranting pohon rambai
Tertutup batang yang rindang
Daun menjadi payung menyejukkan
Bercanda sepasang murai yang cantik
Terbang memutar sambil berceloteh
Merdu dan menawan dalam bahasa
Menyampaikan pesan lewat nyanyian

Apa gerangan celoteh mereka?
Aku berfikir sejenak memutar otak
Sepasang murai begitu asiknya berceloteh
Pada tiap-tiap mentari pagi mulai bangun

Aku ikut berceloteh mengikut rentak
Seolah nyambung pesan yang disampaikan
Dalam irama yang terpola
Suara nyaring meresap jauh kedalam 

Tatap Si Datuk


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Mata itu menjadi pelita ditengah gelap
Mencari dan mencium-cium tanah
Dibalik semak-semak hutan
Keroncongan memanggil makan
Namun jalan masih lengang

Sendiri dalam gulita menyepi
Ia tercecer dari kaumnya
Berjalan, sesekali berlari menjauh
Tiba-tiba menundukkan kepala
Rendah ketanah meluruskan otot punggungnya
Iapun tertidur

Hidung menangkap bau
Ketika pagi telah menjelma
Sungut-sungut dihinggap lalat
Mata bulatnya mulai menyala
Ia berdiri meluruskan punggung 

Gadis Si Lesung Pipi


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Duhai gadis si lesung pipi
Senyummu telah membuka mata hatiku
Menyampaikan pesan kosong
Namun ku tahu maknanya
Tiada tertulis dalam polos
Tergambar jelas bayangmu aduhai

Sepasang baju kurung batik
Melingkar sekujur tubuhmu
Tinggallah wajah dan telapak tanganmu
Balutan hijab mengkilap warna
Menawan dalam corak dan gaya
Menyimpan mahkotamu
Menjalankan syariat
Biar tidak tergerai dinikmati banyak mata

Ketika Hati Telah Memilih


Oleh  : Muhammad Yusrizal

Ketika aku mulai mengatakan
Aku telah jatuh hati terlalu dalam

Aku jatuh hati pada dia yang  tiada bersentuh
Aku jatuh hati pada dia yang  tiada berbayang
Aku jatuh hati pada dia yang  tiada bersuara
Aku jatuh hati pada dia yang tiada bersua
Aku jatuh hati pada dia yang hanya dari muka  buta

Ketika aku mulai mengatakan
Aku telah mencintai terlalu dalam

Aku mencintainya dari bait-bait singkatnya
Aku mencintainya dari lembut ramahnya
Bait demi bait dibalas seadanya